"Jack" namanya, mampu membawa Lege ke tempat paling indah yang tak mampu dijangkau orang-orang munafik pembawa dakwah.
“Ayo, Lege,” kata Jack sambil mengayun-ayunkan celuritnya ke udara. Lege tersenyum, lalu memeluk Jack.
“Mau pergi ke mana kamu, Jack?” tanya Lege dengan senyumnya yang naif. Aku hanya sempat berpikir bahwa tempat indah itu adalah surga, penuh dengan tanaman hias dan ikan-ikan kecil yang mengkilap terkena cahaya emas matahari. Jack tak menjawab. Ia tak pernah menjawab.
Jack memberikan celuritnya kepada Lege. Tubuh Lege yang kecil terlihat begitu besar ketika celurit itu berada di tangannya. Diayunkan celurit itu ke leher Jack. Hanya dalam sekejap tubuh Jack berubah menjadi pasir hitam yang melayang-layang ke udara.
Tak bersuara.
Tak bernafas.
Mati.
Lege berpaling ke arahku.
“Selamat datang, Kirana, di tempat para iblis berkumpul!”
Aku tidak mengerti, tempat aku berdiri yang tadinya adalah kompleks, berubah hitam pekat. Aku berdiri di atas kekosongan yang hitam.
“Tidak ada neraka yang lebih menyakitkan dari kehidupan di dunia! Orang-orang yang mati karena bunuh diri seperti dirimu, tak pantas berada di tempat indah ini! Kembali lah kamu ke bumi, Kirana!”
Bunuh dirikah aku? Aku sudah lupa. Akan tetapi Lege tak segan hati menempelkan celuritnya di leherku. Ditebasnya leherku dan darah bertumpahan.
***
Aku bangun sebagai bayi dari keluarga miskin yang suka mencuri. Satu-satunya makhluk yang tak mabuk di sekitarku hanyalah seekor anjing berwarna hitam dan memiliki sedikit corak putih berbentuk celurit. Anjing itu biasa dipukuli pemabuk. Aku juga dipukuli ayah dan ibu karena tak pernah berhenti menangis. Akan tetapi aku tidak pernah menyangka bahwa anjing itu bernama Jack dan aku bernama Kirana. Sedangkan Lege si gadis belia kembali sebagai penguasa setempat, musuh segala umat, koruptor negara, perempuan yang membuat rakyatnya sengsara. Ia biasa disebut "Lege Sang Iblis". Tak henti-hentinya bermain dengan nyawa manusia.
Senin, 29 September 2014
Flash Fiction Penulisan Kreatif
No comments:
Post a Comment