“Kindness in words creates confidence. Kindness in thinking creates profoundness. Kindness in giving creates love.” ― Lao Tzu

April 16, 2013

Mencari Kebahagiaan dan Harga Diri

Untuk Max, yang mengira orang-orang di pinggir jalan adalah benda-benda yang kamu lewati dengan cepat.


Aku selalu dibuat bingung dengan kalimat "aku sedang mencari kebahagiaan". Ketika kalimat itu kamu ucapkan lalu kebahagiaan itu kamu dapatkan, betapa menyedihkannya kebahagiaan yang kamu cari-cari itu. Untuk berbahagia saja kamu harus mencarinya? Pikiran seakan menjadi pajangan amarah saja. Sungguh hebat hal yang bisa dilakukan pikiran untuk dirimu, Sayang, tapi kamu sungguh tidak menyadarinya.


Apakah yang kau rasakan itu?
Bahkan matahari pun mempunyai peredaran semu.


Kamu bahkan berpikir bahwa kata-kata mampu membuatku sakit. Bukan. Kata-kata itu milikku, bukan milikmu karena pikiranku mengatakan bahwa gerak-gerikku terbelenggu. Betapa menyedihkannya aku, tidak menyadari kehadiran kebebasan dan tidak mencoba untuk mengubahnya. Betapa menyedihkan hidup orang sepertiku.


Manusia sama menyedihkannya satu sama lain. Aku munafik.


Apakah tiap kali aku mencoba sesuatu, aku akan membuktikan harga diriku? Harga diriku terhadap apa? Bahkan masyarakat pun buta akan syukurnya terhadap Tuhan. Aku tidak bersedia dihargai oleh orang-orang seperti itu. Aku akan membuktikan hargaku terhadap Tuhan bahwa setidaknya aku mampu mengingat kehidupan. Kamu yang mengingatkanku tentang kehidupan, Sayang. Dari sana aku pun mengingat Tuhan. Maaf, Sayang. Tapi akulah yang membuat kata dan kalimat menjadi sangat menyakitkan. Ini bukan bisikan Iblis. Iblis hanya menunggu. Ia menyediakan tempat untuk ego manusia. Barulah Tuhan melakukan cap-cap sesuka hatinya.


Terima kasih atas tawa semu terhadapku yang kamu lontarkan malam ini.


Sungguh bukan kata-kata yang menyakitkan, Sayang. Sama sekali bukan kata-kata. Betapa aku yang seharusnya menjadi pengingat, dipecundangi oleh ingatan itu sendiri. Ini amarah, aku malu. Aku malu. Aku bukan Tuhan yang selalu benar dan selalu berhasil mengingatkan manusia. Tapi ini aku. Dan aku malu.


Jadi, terima kasih telah mengingatkan bahwa aku mempunyai rasa malu.

Jika sekarang ini aku salah. Bahkan di mata manusia. Tolong, luruskan aku.
Ceramahi aku.
Ingatkan aku lewat dirimu yang indah itu.


Semoga Tuhan masih mau menungguku menunggangi kehidupan, memperbaiki dunia.

No comments:

Post a Comment