Dalam perenungan ini, saya ditemani (bukan digurui, diajari, apalagi diludahi) oleh Dommy, Go Kong, dan Lien. Krucil yang seperti mic itu Dommy. Krucil berwarna merah yang seperti bunga teratai itu Lien. Krucil terakhir yang seperti rambut Goku (atau Kakarot) itu Go Kong. Mereka lucu. Mereka kawan. Selamat datang di rumah burung Jalak, para kaktus!
Dan...
Pagi ini saya cerita kepada Dommy, Go Kong, dan Lien...
"Saya mengerti dan tidak mengerti dukacita"...
Yaa, cerita rasa pertama saya kepada mereka adalah dukacita. Selalu saya ingat, duka adalah cita. Tahu kenapa ada kata cita di belakang duka? Karena duka adalah hasrat cita. Saya mengerti dan tidak mengerti. Mengapa harus ada dukacita seiring dengan kematian? Rela dengan pertanyaan, lega dengan pertanyaan. Bukti bahwa saya pun memiliki rasa. Rela dan lega. Berani rela dan lega? Mampu rela dan lega. Selamat!
Dan...
Pagi ini saya cerita kepada Dommy, Go Kong, dan Lien...
"Saya mengerti dan tidak mengerti dukacita"...
Yaa, cerita rasa pertama saya kepada mereka adalah dukacita. Selalu saya ingat, duka adalah cita. Tahu kenapa ada kata cita di belakang duka? Karena duka adalah hasrat cita. Saya mengerti dan tidak mengerti. Mengapa harus ada dukacita seiring dengan kematian? Rela dengan pertanyaan, lega dengan pertanyaan. Bukti bahwa saya pun memiliki rasa. Rela dan lega. Berani rela dan lega? Mampu rela dan lega. Selamat!
Semoga cinta Ibunda terus berlanjut sebagaimana cinta kita kepada Ibunda menemani latar belakang kita.
Semoga kita mampu, Kawan.
Rela dan lega.
Ibunda rela dan lega di kahyangan.
Semoga kita mampu, Kawan.
Rela dan lega.
Ibunda rela dan lega di kahyangan.
Ada yang datang ke rumah. Membawa hal-hal manis.
Tidak bersumpah serapah. Hanya haru dan tangis.
Until Jane Doe do us part.
No comments:
Post a Comment