Untuk semua penghujat dan yang acuh akan penghujat.
Termasuk diriku.
Termasuk diriku.
Alas tempat aku berpijak berwarna hijau pudar dan terasa dingin. Dinding ruangan yang berwarna hitam kelam juga memancarkan hawa dingin. Tempat ini seakan tidak memiliki ujung, bahkan jika sampai ke ujung, aku kira ujungnya adalah jurang. Jutaan makhluk hidup singgah di sini. Kami semua telanjang dan beberapa dari kami menari-nari. Kami berada di sini menunggu sesuatu.
Aku sempat mengobrol dengan beberapa orang. Salah satunya adalah pria tambun yang mengenakan dasi di atas ketelanjangannya. Ia sungguh bangga akan prestasi-prestasinya dan terus membicarakannya. Katanya ia adalah penguasa dunia. Ia memerintah manusia-manusia lainnya dan dibayar untuk hal itu. Aku rasa itu adalah hal paling bodoh yang bisa dibanggakan seseorang. Tuhan pun sekiranya tidak membutuhkan bayaran atas perintahnya. Lalu aku mengobrol dengan beberapa mawar. Mereka juga bangga akan diri mereka. Sebagaimana rupa dan wangi mereka dielu-elukan manusia. Ini juga hal yang bodoh menurutku. Aku tidak pernah ingin dielu-elukan manusia yang mengaku bahwa diri mereka kotor dan bau. Kasihan mawar yang tertipu daya manusia.
"Berdirilah sesuai dengan jenis kalian!".
Aku sedikit terperanjat. Akhirnya suara yang kami nantikan muncul juga. Kewibawaan suara itu persis dengan apa yang aku bayangkan selama ini. Menggetarkan hati sebagian besar dari kami. Kami mulai berbaris mengikuti alur. Aku pun pergi mengikuti alur, alur manusia. Aku tidak tahu akan perasaan, tetapi aku merasa malu berada pada barisan manusia. Aku merasa rendah.
Aku sedikit terperanjat. Akhirnya suara yang kami nantikan muncul juga. Kewibawaan suara itu persis dengan apa yang aku bayangkan selama ini. Menggetarkan hati sebagian besar dari kami. Kami mulai berbaris mengikuti alur. Aku pun pergi mengikuti alur, alur manusia. Aku tidak tahu akan perasaan, tetapi aku merasa malu berada pada barisan manusia. Aku merasa rendah.
"Mulailah perkenalkan diri kalian!".
Secara satu persatu kami memperkenalkan diri. Anjing mendapatkan giliran paling pertama.
"Kami adalah Anjing, kami bangga dengan diri kami!", kata seekor anjing jenis Malamut. Ia sekilas terlihat seperti serigala. Suaranya terdengar begitu bijaksana, tidak heran ia menjadi perwakilan para anjing. Makhluk-makhluk lain hanya bisa mendengarkan ia berbicara.
"Kami selalu waspada di malam hari dan menjadi sahabat di siang hari. Kami memakan sisa-sisa makanan manusia dan berburu untuk mereka. Tetapi imbalan yang kami dapatkan adalah hujatan!".
Hening.
Secara satu persatu kami memperkenalkan diri. Anjing mendapatkan giliran paling pertama.
"Kami adalah Anjing, kami bangga dengan diri kami!", kata seekor anjing jenis Malamut. Ia sekilas terlihat seperti serigala. Suaranya terdengar begitu bijaksana, tidak heran ia menjadi perwakilan para anjing. Makhluk-makhluk lain hanya bisa mendengarkan ia berbicara.
"Kami selalu waspada di malam hari dan menjadi sahabat di siang hari. Kami memakan sisa-sisa makanan manusia dan berburu untuk mereka. Tetapi imbalan yang kami dapatkan adalah hujatan!".
Hening.
"Jika kami boleh memberikan pertanyaan kepada manusia; seberapa banyakkah kau menghujat satu sama lain atas nama kami?
Apakah kami lebih rendah dari kalian yang jelas-jelas tidak menghargai jenis kalian sendiri?
Setelah semua kesetiaan yang kami beri, kami menjadi hujatan".
Manusia hanya bisa terdiam. Beberapa binatang lainnya membenarkan pernyataan itu, terutama babi dan monyet.
Para penghujat menjadi kalap. Mereka seakan baru menyadarinya. Kepanikan pun beralasan, mereka mulai menggonggong dan mengais-ngais alas untuk tulang. Hanya saja, kali ini bukan tulang yang mereka kubur, melainkan diri mereka sendiri. Mereka menggonggong dari dalam tanah, memohon untuk dibebaskan. Sebagaimana pinta anjing untuk dibebaskan dari hujatan.
Apakah kami lebih rendah dari kalian yang jelas-jelas tidak menghargai jenis kalian sendiri?
Setelah semua kesetiaan yang kami beri, kami menjadi hujatan".
Manusia hanya bisa terdiam. Beberapa binatang lainnya membenarkan pernyataan itu, terutama babi dan monyet.
Para penghujat menjadi kalap. Mereka seakan baru menyadarinya. Kepanikan pun beralasan, mereka mulai menggonggong dan mengais-ngais alas untuk tulang. Hanya saja, kali ini bukan tulang yang mereka kubur, melainkan diri mereka sendiri. Mereka menggonggong dari dalam tanah, memohon untuk dibebaskan. Sebagaimana pinta anjing untuk dibebaskan dari hujatan.
"Kami akan berbicara di urutan kedua!", kata Tikus.
"Kami adalah Tikus, kami bangga dengan diri kami! Kami adalah teman untuk beberapa dari kalian. Kami bertahan hidup dari manusia yang kotor dan jorok.
Tetapi imbalan yang kami dapatkan adalah hujatan.
Jika kami boleh memberikan pertanyaan kepada manusia; apakah kami pernah mengambil diri kalian yang utuh?
Apakah kami lebih rendah dari kalian yang jelas-jelas mencuri dari sesama dan bangga akan hal itu?
Setelah hidup dari sisa-sisa kalian, kami menjadi hujatan untuk koruptor!".
Beberapa manusia terlihat panik. Termasuk pria tambun yang berbicara denganku sebelum drama ini terjadi.
"Kami adalah Tikus, kami bangga dengan diri kami! Kami adalah teman untuk beberapa dari kalian. Kami bertahan hidup dari manusia yang kotor dan jorok.
Tetapi imbalan yang kami dapatkan adalah hujatan.
Jika kami boleh memberikan pertanyaan kepada manusia; apakah kami pernah mengambil diri kalian yang utuh?
Apakah kami lebih rendah dari kalian yang jelas-jelas mencuri dari sesama dan bangga akan hal itu?
Setelah hidup dari sisa-sisa kalian, kami menjadi hujatan untuk koruptor!".
Beberapa manusia terlihat panik. Termasuk pria tambun yang berbicara denganku sebelum drama ini terjadi.
Mereka mulai mendecit, bukan hanya koruptor, tetapi penghujatnya juga. Para koruptor yang mendecit tercekik dasi mereka sendiri. Penghujatnya memakan sampah. Manusia telah menjadikan diri mereka sendiri kotor. Mereka mendecit dan memohon untuk dibebaskan. Sebagaimana pinta tikus untuk dibebaskan dari hujatan koruptor.
"Aku adalah bagian dari manusia.
Selama ini aku tidak pernah menghargai bagian-bagian diriku dan terus menghujat atas nama kalian.
Kami lebih rendah dari anjing, babi, monyet, dan tikus. Aku tidak pernah bangga akan hal itu, tetapi pada akhirnya aku juga tidak dapat dinilai secara individu karena pasalnya kami adalah sama.
Maka semua bangsawan adalah penghujat, semua anak adalah penghujat, dan semua rohaniwan adalah penghujat. Karena kami adalah sama. Acuh akan hal itu, membiarkan bagian-bagian diri kami menjadi penghujat.
Kami pun sulit untuk menjadi kesatuan.
Ya, kami tidak pernah bangga dengan diri kami.".
Selama ini aku tidak pernah menghargai bagian-bagian diriku dan terus menghujat atas nama kalian.
Kami lebih rendah dari anjing, babi, monyet, dan tikus. Aku tidak pernah bangga akan hal itu, tetapi pada akhirnya aku juga tidak dapat dinilai secara individu karena pasalnya kami adalah sama.
Maka semua bangsawan adalah penghujat, semua anak adalah penghujat, dan semua rohaniwan adalah penghujat. Karena kami adalah sama. Acuh akan hal itu, membiarkan bagian-bagian diri kami menjadi penghujat.
Kami pun sulit untuk menjadi kesatuan.
Ya, kami tidak pernah bangga dengan diri kami.".
No comments:
Post a Comment